Blogger news

Pages

Hot Games

Sabtu, 27 Oktober 2012

CENGKERAMAN KOLONIALISME
 

        Sejak kedatangan Pemerintah Belanda di Indonesia, memberikan dampak Positif dan Negatif bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, selain itu, karena wilayah Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang belimpah, membuat pemerintah Belanda ingin mengusai wilayah Indonesia, untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
        Pada awal abad ke-18 VOC yang mengadakan kerjasama dengan para Bupati, untuk mengarahkan penduduk menanam Kopi. Karena pada saat itu penjualan kopi sangat mahal, selain itu kopi juga merupakan primadona kaum bangsawan di Eropa pada saat itu, sehingga penjualan kopi tersebut sangat mahal. Kopi bukanlah tanam yang berasal dari Indonesia, kopi berasal dari semen, wilayah di timur tengah. Pemerintah Belanda yang membawa masuk pengaruh pembudidayaan kopi di Indonesia. Sebelumnya masyarakat di Indonesia sudah mengenal berbagai macam jenis tanaman seperti : Kelapa, Tembakau dan lain-lain. 
        Kemudian didalam Cengkraman Kolonialisme ini, diterapkan sistem Cultuurstelsel (tanam paksa), atas inisiatif Van Den Bosch.

Pada saat itu Van Den Bosch yang menjadi Gubernur Jenderal, ia kemudian menjalankan sistem Cultuurstelsel, di Jawa pada tahun 1836.
Tujuan Van Den Bosch dengan sistem Cultuurstelsel di Jawa, adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran Dunia, untuk mencapai tujuan itu, ia menganjurkan pembudidayaan berbagai produk seperti Kopi, Gula, Indigo (nila), Tembakau, Teh, Lada dan Kayumanis.
         Sistem Cultuurstelsel, yang di terapkan Oleh Van Den Bosch, menuai kecaman dari berbagai kalangan baik dari kaum Pribumi, maupun dari orang-belanda itu sendiri.

Mereka yang tidak setuju dengan Sistem yang di langsungkan oleh Van Den Bosch. Menyuarakan pendapat mereka, mengenai sistem Cultuurstelsel, salah seorang intelektual yang paling terkemuka dari kalangan ini adalah Pendeta Van Baron Heovell yang mendesak  Tweede Kamer (DPR). agar di keluarkan undang-undang penghapusan Cultuurstelsel. Pada tahun 1860-an desakan itu makin kuat. Perubahan nyata muncul ketika Pemerintah yang baru di bentuk oleh kaum Liberal sejak 1962, sehingga akhirnya menjelang abad ke-20 sistem cultuurstelsel, di gantikan dengan sistem (Free Labor)

Sumber : R.Z Lerrissa, G.A Ohorella, Yuda B. Tangkilisan

   
Diberdayakan oleh Blogger.
 

Blogger news

Blogroll

About